Cibinong, Berita Geospasial - Tim Desa Purwobinangun berhasil menjadi juara pertama Kompetisi Pemanfaatan Aplikasi Petakita kategori SMU/SMK. Ketua Tim Desa Purwobinangun Titus mengaku senang dan sangat bersyukur telah memenangkan kompetisi. Ia pun menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh anggota tim dan guru pembimbingnya.
“Jadi di sekolah kami ada tugas karya ilmiah yang harus diselesaikan selama setenah tahun. Guru pembimbing kami yang awalnya menemukan info kompetisi ini. Kami pun langung membentuk tim. Ada tim akusisi dan tim digitasi,” ujar Titus pada Seremoni Apresiasi dan Penutupan Kegiaatan Kompetisi Aplikasi PetaKita yang berlangsung secara daring pada Jumat, 26 November 2021.
Sebagai masukan, Titus mengharapkan adanya pengembangan aplikasi PetaKita yang ditujukan untuk mengurangi waktu loading. “Ketika loading area yang sudah didigitasi itu lama. Selain itu butuh spesifikasi gadget yang kuat. Ke depan, saya harap bisa di-update supaya tidak memakan kemampuan gadget yang terbatas,” tutur Titus.
Thomas Dannar Sulistyo, Guru Kolese DeBritto yang menjadi pembimbing Tim Desa Purwobinangun berbagi mengenai hal yang menantang selama kompetisi berlansung. Menurut Thomas, berasal dari sekolah umum membuat anggota tim tidak begitu kenal aplikasi PetaKita, termasuk pemanfaatan software GIS.
“Kebetulan ada tugas karya ilmiah. Kompetisi ini ibarat gayung bersambut. Kami bisa implementasikan proses belajar. Kebetulan karya ilmiah yang sedang dikerjakan di sekitar Merapi meman berkaitan juga,” cerita Thomas.
Di kategori mahasiswa/umum, Tim Desa Kemuning menempati posisi juara pertama. Ketua Tim Desa Kemuning Fandri Adi Saputro berkisah bahwa batas waktu yang diberikan teramat singkat. Beberapa orang sampai tidak tidur untuk menyelesaikan misi.
“Selama dua minggu kami melakukan pengumpulan, survei, digitasi. Pada saat terakhir kami submit rupanya ada pengumuman perpanjangan waktu. Akhirnya memang pekerjaan kami jadi maksimal,” ujar Fandri.
Dalam sesi sharing, Fandri mempertanyakan potensi dan arah perkembangan pemetaan partisipatif di masa depan. Surveyor Pemetaan Muda BIG Aji Putra Perdana menjelaskan, saat ini Kepala BIG diminta menyelesaikan peta 1:5.000 untuk seluruh nusantara. Berbagai teknologi yang dipakai seperti lidar, radar, dan foto udara berguna untuk mempercepat proses menemukan gambaran fisik muka bumi.
“Tapi kita tidak bisa semata-mata bersandar pada teknologi tersebut, karena ada proses lain seperti survei toponimi yang dibantu gawai kita. Atau penentuan batas wilayah yang diperoleh lewat perundingan,” ujar Aji.
Untuk hal-hal tersebut, lanjut Aji, teman-teman diharapkan dapat memfasilitasi kegiatan di daerah. Aji mencontohkan, saat butuh penarikan batas desa, orang-orang yang terlibat dalam perundingan sudah lebih dulu memahami aspek kewilayahan.
“Target ke depan, pada google maps, kita bisa pakai layer peta dasar yang kita buat sendiri. Jadi kita punya kemandirian dan kedaulatan di informasi geospasial. BIG punya amanat peta Indonesia. Butuh Kolaborasi Kita Bersama,” pungkas Aji.
Sebagai informasi, Kompetisi Pemanfaatan PetaKita mencatatkan tiga pemenang pada tiap-tiap kategori. Juara pertama hingga juara ketiga pada kategori SMU/SMK secara berturut-turut yaitu Tim Desa Purwobinangun, Tim Desa Sukorejo, dan Tim Kelurahan Ploso. Sementara juara pertama hingga juara ketiga pada kategori mahasiswa/umum secara berturut-turut yaitu Tim Desa Kemuning, Tim Desa Tempel, dan Tim Desa Mulur. (MAD)