Cibinong, Berita Geospasial - Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik BIG sekaligus Chairman Working Group (WG) 3 Integrating Geospatial Information and Statistics Antonius Bambang Wijanarto mendorong masing-masing negara dan organisasi saling mendukung dan memberikan bantuan dalam pelaksanaan integrasi IG dan statistik, termasuk melalui bantuan teknis, proyek percontohan dan berbagi pengetahuan secara regional dan global.
"Kami sangat mengapresiasi sekali beberapa negara mau berbagi pengalaman, informasi dan kunci sukses bagaimana data spasial dan statistik diintegrasikan, ini akan sangat bermanfaat sekali," ungkap Anton pada hari pertama 10th Plennary Meeting United Nations Global Geospatial Information Management for Asia and the Pacific (UN-GGIM-AP) yang dilaksanakan secara daring, 2 November 2021.
Terungkap dalam pertemuan ini, permasalahan politik antar lembaga/badan di masing-masing negara menjadi satu di antara tantangan dalam pengintegrasian data geospasial dan statistik, hal ini misalnya diungkapkan oleh Azlim Khan dari Malaysia.
"Pengintegrasian data spasial dengan statistik lebih mudah dalam penandatanganan perjanjian antar instansi tapi pada praktiknya seringkali terhambat karena lembaga atau badan yang mempunyai data statistik seringkali tidak mau berbagi data dengan kami yang mengelola data spasial. Sampai sekarang masih mencoba melakukan pendekatan secara intensif," terang Azlim.
Senada di Jepang, permasalahan keterbukaan data statistik dari instansi yang menanganinya menjadi tantangan tersendiri, sehingga diperlukan pendekatan yang berbeda.
"Kami melakukan pendekatan dan memberi pengertian, bahwa pengintegrasian data ini adalah kebutuhan mereka (badan statistik) dan membuat program untuk identifikasi permasalahan mereka dan memberi solusi spesifik berbasis geospasial," jelas Hidenori Fujimura dari Jepang.
Menanggapi itu, menurut Anton perlu akan diadakan sesi khusus berbagi pengalaman dan lainnya yang terkait dengan penerapan integrasi spasial statistik di setiap negara termasuk kontribusi pemerintah daerah dalam bersama-sama mengurai tantangan ini.
"Sesuai dengan kesepakatan dalam pertemuan, kelompok kerja atau working group ini sangat penting peranannya dalam terus mengadvokasi dan meningkatkan kesadaran politik tentang pentingnya dan urgensi mengintegrasikan IG dan statistik untuk implementasi Agenda 2030 untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya untuk negara-negara berkembang dan akan dilanjutkan pada periode selanjutnya," pungkas Anton.
Selain Indonesia, Malaysia, dan Mongolia, dalam pertemuan ini disampaikan juga perkembangan integrasi data dengan spasial serta permasalahan yang terjadi di masing-masing negara yaitu dari Jepang, Singapura, Fiji, Brunei Darussalam, China, Korea Selatan, dan India. (RKI)