Jumat, 08 November 2024   |   WIB
en | id
Jumat, 08 November 2024   |   WIB
BIG Ajak Peserta UNGGIM-AP Menikmati Pesona Geopark Ijen

Cibinong, Berita Geospasial - Kawah Ijen merupakan fenomena alam yang mempesona dan sangat sayang dilewatkan apabila kita sedang berkunjung ke Jawa Timur. Kawah Ijen terkenal karena fenomena api biru sebagai reaksi atas keluarnya gas-gas belerang yang beroksidasi dengan oksigen bebas pada suhu tertentu.

Kawah Ijen terbentuk oleh erupsi yang kemudian terisi oleh air hujan. Air Kawah Ijen memiliki keasaman yang sangat tinggi dan menjadikannya sebagai the most acidic crater on earth.

Daya tarik Kawah Ijen tersebut membuatnya menjadi destinasi virtual tour bagi peserta 10th Plennary Meeting United Nations Global Geospatial Information Management for Asia and the Pacific (UNGGIM-AP) yang dilaksanakan pada 2 hingga 4 November 2021 di mana Indonesia menjadi tuan rumahnya. Selama satu setengah jam, peserta mengenali keindahan Geopark Ijen melalui video, paparan, dan penjelasan dari pengelola Geopark Ijen Jawa Timur.

Abdillah Baraas dari Geopark Ijen menjelaskan, Kawah Ijen adalah satu dari sekian banyak atraksi dari Geopark Ijen. “Situs-situs yang menarik untuk dikunjungi di Geopark Ijen terbagi menjadi tiga kategori, yaitu Geosite, Biosite, dan Culturesite,” jelas Abdillah.

Geosite adalah tempat yang memiliki jejak rekaman penting tentang sejarah bumi. Bisa berupa batu cadas dan pasir yang menjelaskan perkembangan kebumian, alam, makhluk hidup, serta budaya dari zaman purba hingga sekarang. Sedikitnya ada 21 geosite yang menarik, antara lain Kawah Ijen, Komplek Air Panas Blawan, dan Taman Batu So’on Solor.

Biosite merupakan situs yang memiliki kekayaan flora fauna dan memiliki hubungan erat dengan proses geologi yang ada. Pengunjung dapat menikmati kopi Bondowoso, mengunjungi habitat Savana Sadengan, atau memantau burung di Sukomade.

Culture site adalah situs yang terbentuk oleh peradaban manusia baik benda maupun nonbenda yang memiliki hubungan dengan keragaman biologi dan geologi yang ada, seperti Situs Macan Putih, Kawitan, dan Rawa Bayu.

Abdillah menjelaskan konsep pengembangan Geopark Ijen berdiri di atas tiga prinsip utama yaitu edukasi, konservasi, dan empowerment. “Edukasi menjadi unsur paling penting, karena tidak mungkin bisa melakukan konservasi dan empowerment tanpa edukasi,” jelasnya.

Oleh karena itu, Geopark Ijen melibatkan masyarakat lokal. Local people community engagement menjadi penting untuk menjaga kelestarian kawasan Geopark Ijen.

Abdillah menuturkan, pengelolaan kawasan Geopark juga mengajak pemangku kepentingan seperti pemerintah, masyarakat, swasta, manajemen Geopark, dan akademisi. “Akademisi menjadi penting karena dari kajian yang mereka buat, manajemen dapat memiliki roadmap pengembangan kawasan.

Selain itu ia memaparkan bahwa salah satu daya tarik utama dari Geopark Ijen adalah “blue fire” yang hanya terdapat pada dua kawasan gunung di dunia.

“Ijen adalah satu dari dua gunung di dunia yang memiliki blue fire, cahaya ini muncul pada waktu dan kondisi tertentu,” tutup Abdillah.

Geopark Ijen sangat mudah dijangkau. Dari Surabaya, pengunjung dapat melalui perjalanan darat selama lebih kurang 6 jam. Saat ini, sudah ada akses bandara yang lebih dekat. Bila mendarat di Bandara Internasional Banyuwangi, pengunjung hanya perlu melakukan perjalanan darat selama 2 jam. (MAD/AR).