Cibinong, Berita Geospasial - Pandemi COVID-19 di Indonesia belum juga usai. Bahkan, saat ini pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di sejumlah daerah. Kondisi ini juga berimbas pada sektor ekonomi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi minus 2,07 persen pada tahun lalu. Realisasi Produk Domestik Bruto (PDB) ini anjlok dibandingkan 2019 yang tumbuh 5,02 persen.
Siapa yang paling terdampak dengan kondisi ini? Tentu saja para wiraswasta. Penghasilan mereka menurun drastis. Ada pula pengusaha yang harus gulung tikar karena tidak sanggup menanggung kerugian.
“Para pengusaha butuh kiat khusus untuk meningkatkan omset, sehingga bisnis bisa survive di masa pandemi,” kata Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) BIG Vira Ardiati dalam sambutannya pada webinar bertajuk `Strategi Wirausaha di Kondisi Darurat` pada Kamis, 22 Juli 2021.
Webinar yang digagas DWP dan Korpri BIG ini menghadirkan Said Mustopa dan Tina Rahmawati sebagai narasumber. Sepak terjang keduanya di dunia kewiraswastaan sudah tidak perlu diragukan lagi.
Kepada peserta webinar, Said Mustopa atau biasa disapa Kang Mus mengaku pernah bangkrut lebih dari 15 kali. Namun, ia tidak menyerah memulai lagi usahanya.
“Seorang pebisnis itu harus memiliki jiwa kreatif, adaptif, dan jeli dalam melihat peluang usaha. Selain itu, tren saat ini adalah kolaborasi. Sudah bukan zamannya lagi persaingan bisnis seperti dulu,” ungkap Kang Mus.
Sedangkan, Tina Rahmawati yang memilki bisnis di bidang busana berkisah jika usahanya turut terdampak pandemi yang tak berkesudahan. Sejumlah gerai busana miliknya yang berada di Bogor dan Surabaya terpaksa tutup.
“Namun, kita sebagai pengusaha harus mampu beradaptasi dengan keadaan,” tegas Tina.
Salah satu strategi yang dilakukan Tina ada mengubah cara berjualan. Penjualan busana yang biasanya dilakukan di toko, kini lebih banyak secara online.
Menurut Tina, tren saat ini ialah orang lebih suka berbelanja secara online. Hal ini karena efek kebijakan pemerintah yang manganjurkan masyarakat di rumah aja. Karenanya, para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus bisa mengikuti tren yang diinginkan pasar jika ingin bertahan di masa pandemi. (FRH/NIN)