Cibinong, Berita Geospasial - Pemanfaatan Informasi Geospasial yang semakin luas dalam kehidupan masyarakat membawa dampak ekonomi yang sangat besar. Informasi Geospasial memiliki nilai komersial dengan semakin maraknya aplikasi berbasis lokasi antara lain sistem navigasi, pengantaran makanan, e-commerce, pengantaran paket, dan pemesanan tiket.
Namun seberapa besar potensi komersialisasi Informasi Geospasial di Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, BIG menggelar webinar bertajuk “Menakar potensi komersialisasi Informasi Geospasial di Indonesia” pada Kamis, 15 Juli 2021.
Kepala BIG Muh Aris Marfai menyatakan BIG mendukung penyediaan data dan informasi geospasial untuk keperluan industri dan swasta.“Pemanfaatan informasi geospasial dalam dunia bisnis itu spektrumnya sangat luas sekali, bisa A to Z. Merupakan bisnis multi-million US dollar, hutan belantara yang sangat luas sekali. Kita berusaha untuk menjawab bagaimana pelaku usaha berbasis lokasi di Indonesia dapat menggunakan dan memanfaatkan data dan informasi yang disediakan oleh BIG,” ujar Aris.
Senada dengan Aris, Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar BIG Mohamad Arief Syafi’i menyatakan bahwa sesuai dengan amanat Undang-undang, BIG wajib menyediakan Informasi Geospasial skala 1:5.000.
“BIG akan melakukan percepatan penyediaan peta dasar skala besar - baik dua dimensi maupun tiga dimensi - dengan skema KPBUMN. Untuk wilayah urban, dilakukan akuisisi data menggunakan foto udara dan Lidar. Sedangkan untuk wilayah rural dan forest menggunakan Airborne SAR dan CSRT. Seluruh wilayah Indonesia akan terpetakan pada tahun 2023,” jelas Arief.
Bayu Yanuargi, Head of South East Asia Map Operation Grab, menyebutkan bahwa kualitas data dan informasi geospasial merupakan unsur yang sangat penting, karena ketika informasi geospasial yang digunakan tidak akurat maka akan berdampak tidak bagus pada pelayanan atau bisnis itu sendiri.
Hal senada diungkapkan oleh Yantisa Akhadi, Maps Ops Manager Gojek. “Jika BIG bisa memberikan berbagai data IG yang kami butuhkan akan lebih bagus. Saya rasa ini akan sangat besar potensinya, karena BIG paling mengerti konteks lokal. Ini akan jadi pembeda dengan penyedia data luar negeri dan daya saing,” kata Yantisa.
Di sesi terakhir, Sesilia Pongoh, CEO Locator Logic, menjelaskan bahwa berbagai industri terutama retail sangat membutuhkan informasi geospasial untuk memahami pasar Indonesia dengan baik.
“Start up sekarang sangat bergantung dengan data, dan salah satu data yang diperlukan adalah data geospasial. Sedih banget ketika kita harus membeli data negara sendiri malah ke perusahaan asing,” tutur Sesilia. (FAR/RD/MAD)