Jumat, 08 November 2024   |   WIB
en | id
Jumat, 08 November 2024   |   WIB
Kepala BIG Bahas Upaya Penataan Ruang Kawasan Kaguangan Dalem Bersama Kepala BMKG dan GKR Mangkubumi

Yogyakarta, Berita Geospasial – Dalam rangkaian kunjungan kerja ke Yogyakarta, Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Muh Aris Marfai melakukan breakfast meeting dengan Kepala Badan Meterologi, Klimatologi Geofisika dan Geofisika (BMKG) Dwikorta Karnawati dan GKR Mangkubumi, putri pertama Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Gambar 1. Prof. Muh Aris Marfai Kepala BIG didampinggi jajaran pejabat BIG saat berdiskusi dengan GKR Mangkubumi dan Kepala BMKG terkait kondisi lingkungan/kawasan Gunung Merapi dengan data CSRT dan Data spasial lainnya yang dimiliki BIG (Foto: Coutercy Suseno Wangsit Wijaya).

Dalam suasana hangat dan akrab sambil sarapan pagi, mereka membahas upaya penataan ruang dalam Kawasan Kagungan Dalem untuk mengembalikan fungsi lingkungan seperti semula. Hal ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan secara optimal data bersama, khususnya terkait Informasi Geospasial (IG).

“Perlu juga adanya kerja sama dalam pengelolaan Wilayah Kagungan Dalem Gumuk Pasir, di antaranya dengan Angkatan Udara (AU) terkait penerbitan izin terbang karena Wilayah Kagungan Dalem Gumuk Pasir berbatasan dengan landasan pacu milik TNI AU. Tentunya dukungan dari DLHK (Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan) DIY juga dibutuhkan terkait pemasangan patok permanen di kawasan Kagungan Dalem sebagai sebagai titik kontrol monitoring lingkungan,” ujar Aris di Hotel Melia Purosani, Yogyakarta, Minggu, 21 Maret 2021.

Selain itu, Aris memandang perlu adanya lembaga yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan Kawasan Kagungan Dalem. Hal ini untuk mengantisipasi sejumlah permasalahan lingkungan yang muncul dari isu pemanfaatan lahan yang belum berbasis pada daya dukung.

“Data yang ada harusnya dapat digunakan secara optimum untuk merumuskan permasalahan lingkungan di daerah secara tajam dan komprehensif, agar manfaatnya dapat dirasakan masyarakat di daerah dan juga dalam pembangunan nasional,” imbuh Aris.

Dalam hal ini, BMKG sebagai otoritas penyelenggara data klimatologi, diharapkan dapat membantu BIG dalam penyelenggaraan IG sumber daya bentang lahan yang terpadu. Skema penggunaan data diusulkan dan didorong sebagai bagian kebijakan penyelenggaraan IG secara nasional.

Terkait permasalahan lingkungan di wilayah Merapi, Dwikorita menginformasikan beberapa temuan hasil studi awal data klimatologi. “Saat ini, di Jogja sudah dimulai kondisi cuaca ekstrim yang menyebabkan peralihan hujan dan panas. Tercatat batas normal berada di 150 mm, namun di Jogja sekarang sudah mencapai lebih dari 300 mm,” tuturnya.

Menurut Dwikorta, cuaca ekstrim ini diprediksi dapat menaikan suhu cukup signifikan hingga akhir abad. Sehingga, diperlukan pengendalian untuk meminimalisir risiko bencana.

“Pemerintah telah meratifikasi Pengendalian Perubahan Iklim PBB (COP 21 UNFCCC), di mana pegendalian terhadap kenaikkan suhu menjadi perhatian penting,” imbuh Dwikorta.

Menanggapi hal tersebut, GKR Mangkubumi selaku pemangku kepentingan menyatakan telah berkoordinasi dengan Gubernur Jawa Tengah untuk menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) terkait pengelolaan Gunung Merapi. Namun, upayanya itu perlu dibekali kajian dan data dari instansi terkait, khususnya BIG dalam hal analisis keruangan.

“Kami juga telah melakukan ayahan secara rutin untuk memonitor kawasan Kagungan Dalem, dimana salah satunya adalah hilangnya titik labuhan yang semula ada tiga titik menjadi tinggal satu titik,” ucap GKR Mangkubumi.

GKR Mangkubumi menegaskan, kawasan Gunung Merapi dan Pantai Selatan merupakan bagian penting dari pengelolaan wilayah keistimewaan di Provinsi Yogjakarta. Sehingga, monitoring untuk menjaga dan mengembalikan fungsi lingkungan pada wilayah tersebut menjadi prioritas.

Pada akhir pertemuan, DIY, BMKG, dan BIG sepakat akan melakukan kajian komprehensif sebagai kegiatan percontohan bagi wilayah lainnya dalam pengelolaan lingkungan. BMKG dan BIG diharapkan dapat mendukung data hasil pemetaan masing-masing lembaga agar kajian selanjutnya dapat lebih terarah untuk pemulihan dan memitigasi bencana ke depan.

Sebagai informasi, breakfast meeting ini juga dihadiri Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik BIG Antonius Bambang Wijanarto; Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas BIG Khafid; Kepala Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik BIG Lien Rosalina; serta beberapa staf teknis terkait. (Mone/NIN)