Jumat, 08 November 2024   |   WIB
en | id
Jumat, 08 November 2024   |   WIB
Mencari Solusi Pengembangan Model Geoid di Indonesia

Cibinong, Berita Geospasial - Geoid memiliki peran yang penting dalam berbagai hal, salah satunya untuk pemetaan. Namun, ada kendala yang dihadapi ketika mengembangkan model geoid di Indonesia.

“Pertama, model yang kami buat tidak sama dengan aslinya karena kami berada di Indonesia yang memiliki 17 ribu pulau yang dipisahkan laut. Sangat sulit bagi kita untuk membuat sistem geoid yang sama persis,” kata Kepala Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika Badan Informasi Geospasial (BIG) Gatot Haryo Pramono saat membuka `Workshop Pemodelan Geoid Indonesia – Australia` pada Jumat, 24 Juli 2020.

Kendala kedua, lanjut Gatot, terkait akurasi data. Sehingga, saat ini belum ada geoid teliti di Indonesia.

Gatot yakin, Australia memiliki keadaan yang lebih baik dalam pemodelan geoid. Karena itu, ia berharap workshop ini dapat menjadi media untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman.

“Saya percaya, workshop ini akan mempererat kerja sama Indonesia-Australia di bidang pemodelan geoid. Saya juga berharap, pertemuan ini tidak selesai di sini saja, tapi berlanjut dengan kolaborasi dan relasi,” ucapnya.

Worksop Pemodelan Geoid Indonesia – Australia menghadirkan dua narasumber. Narasumber pertama adalah Kepala Bidang Jaring Kontrol Gaya Berat dan Pasang Surut BIG Arisauna Maulidyan Pahlevi yang menjelaskan usaha yang telah dilakukan untuk mengembangkan model geoid di Indonesia.

Sementara itu, narasumber kedua adalah Will Featherstone. Profesor dari Universitas Curtin, Perth, Australia ini menyampaikan materi tentang `Australian Geoid Modelling: the CUT Approach`.

Peserta workshop tidak terbatas pegawai BIG saja, tapi juga kalangan akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Diponegoro (Undip), serta Institut Teknologi Sumatra (Itera). (NIN)