Selasa, 26 November 2024   |   WIB
en | id
Selasa, 26 November 2024   |   WIB
No One Left Behind Melalui Rabaan Atlas Taktual Nasional Indonesia

Cibinong, Berita Geospasial – Seluruh warga negara Indonesia perlu mendapatkan edukasi terkait Informasi Geospasial (IG), termasuk mereka yang tunanetra. Meskipun tidak dapat melihat, penyandang tunanetra tetap berhak mendapatkan informasi untuk menambah wawasan keruangan, terutama pemahaman terhadap wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Khusus bagi penyandang tunanetra, Badan Informasi Geospasial (BIG) menyediakan IG dalam bentuk Atlas Taktual Nasional Indonesia (ATNI). Atlas ini berisi IG berbentuk tiga dimensi, dilengkapi dengan braille yang dibaca dengan cara diraba.

“Ini merupakan salah satu bentuk implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang berprinsip no one left behind. Terutama Pilar Pembangunan Sosial yang bertujuan menyediakan pendidikan berkualitas, khususnya terkait target membangun dan meningkatkan fasilitas pendidikan ramah anak, penyandang cacat, dan gender,” kata Kepala Bidang Atlas dan Pemetaan Sosial BIG Niendyawati.

Sejak 2010, lanjut Niendyawati, BIG telah menyusun berbagai tema ATNI, antara lain wilayah administrasi, transportasi, sebaran gunung dan sungai, bangunan bersejarah, pariwisata, dan industri. Seluruh ATNI tersedia dalam skala nasional dan provinsi.

“BIG juga telah membuat peta dunia taktual yang menggambarkan lima benua, empat samudera, dan negara-negara di seluruh dunia dalam satu lembar peta taktual berukuran 85 cm x 60 cm,” lanjut Niendyawati.

Menurut Niendyawati, penyandang tunanetra perlu membaca peta taktual untuk menambah wawasan terkait posisi NKRI. Dengan meraba peta taktual, penyandang tunanetra mendapat gambaran jelas posisi NKRI yang berada di antara Benua Asia dan Australia serta diapit Samudera Pasifik serta Hindia. Termasuk posisi negara tetangga Indonesia, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, maupun letak perairan Laut China Selatan.

Bahkan, pada 2018 BIG telah membuat model Atlas Audio Taktual. Cara kerjanya memanfaatkan bingkai panel inframerah yang biasa digunakan pada layar sentuh. Dengan pemrograman komputer, setiap simbol titik kota yang disentuh menggunakan jari akan menghasilkan informasi dalam bentuk suara.

“Informasi yang ditambahkan pada panel tersebut antara lain nama ibu kota provinsi, jumlah penduduk, batas dari provinsi tersebut, dan beberapa informasi lain yang dapat didengarkan. Penyandang tunanetra pun bisa mendapatkan informasi dengan dua medium sekaligus, yaitu sentuhan dan juga suara,” terang Niendyawati .

Niendyawati berharap, penyandang tunanetra bisa mendapatkan informasi lebih banyak lagi tentang wilayah NKRI melalui Atlas Audio Taktual. Sehingga, tidak ada alasan lagi untuk tidak mengenal wilayah NKRI yang kita cintai ini.

Selain itu, BIG juga telah melakukan uji pemaknaan dan sosialisasi kepada Sekolah Luar Biasa (SLB) di lebih dari 25 kabupaten/kota selama 10 tahun terakhir. Kegiatan ini untuk mengevaluasi apakah peta taktual yang disusun BIG dapat dibaca dan dipahami penyandang tunanetra.

“Pemahaman terhadap wilayah NKRI diharapkan dapat memupuk jiwa dan semangat mencintai dan rasa memiliki tanah air,” pungkas Niendyawati.