Oleh: Muhammad Al Kautsar
Surveyor Pemetaan
Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika
Gempa berkekuatan dengan kekuatan Mw7.1. 56 detik mengguncang wilayah Laut Banda (6.453°S, 129.517°E) pada Rabu, 8 November 2023 pukul 13:52:56 WIT (04:52:56 UTC). Gempa berpusat pada kedalaman 45 kilometer. Tidak berselang lama, terjadi gempa susulan dengan kekuatan Mw7.2.
GSeisRT, sistem penentuan posisi Global Satellite Navigation System (GNSS) Continuously Operating Reference Stations (CORS) real time yang dikembangkan PRIDE di Universitas Wuhan dan telah diimplementasikan di Badan Informasi Geospasial (BIG), berhasil mendeteksi gelombang permukaan dari kedua peristiwa gempa di atas.
Grafis di bawah ini menunjukkan pergeseran real time yang diakibatkan gempa yang terdeteksi oleh Stasiun CUAL (Tual), CSAU (Saumlaki), dan CBNG (Tutu Kembong) dalam sistem monitoring gempa bumi secara real time di BIG (Gambar 2). Jarak stasiun GNSS CORS ke pusat gempa bumi masing-masing 263 km, 259 km, dan 368 km (Gambar 1).
Berdasarkan pergeseran yang ditangkap oleh Stasiun CBNG dan dengan metode perhitungan magnitudo gempa bumi menggunakan Peak Ground Displacement (PGD), magnitudo gempa bumi secara real time diperkirakan sekitar Mw7.43. Nilai tersebut berbeda 0.23 satuan magnitudo dari rilis magnitudo yang dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Berbeda 0.33 satuan magnitudo terhadap rilis magnitudo gempa bumi yang dirilis United States Geological Survey (USGS). Hal ini dapat menjadi bukti efisiensi dan keandalan pemanfaatan GNSS CORS menggunakan GSeisRT dalam menentukan magnitudo gempa bumi berkekuatan besar (> Mw6) dengan cepat. Bahkan, pada jarak yang sangat jauh dari pusat gempa bumi. (NIN)
Gambar 1. Posisi GNSS CORS terhadap episenter gempa bumi
Gambar 2. Pergeseran dan PGD dari stasiun GNSS CORS CUAL, CSAU, dan CBNG