Cibinong, Berita Geospasial - Babak penjurian tahap II Bhumandala Award 2025 dilaksanakan Badan Informasi Geospasial (BIG) pada Rabu, 22 Oktober 2025. Penjurian ini menjadi ajang penentuan bagi 20 finalis terbaik dari empat kategori, yaitu kementerian/lembaga, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, dan pemerintah kota.
Para finalis berkesempatan mempresentasikan hasil inovasi pemanfaatan Informasi Geospasial (IG) yang berdampak nyata bagi masyarakat. Karya inovatif ini dikembangkan untuk menjawab tantangan di berbagai sektor, mulai dari pengelolaan sumber daya alam, mitigasi bencana, hingga tata kelola pemerintahan digital. Sesi presentasi dan penilaian berlangsung secara paralel di beberapa ruangan di BIG sejak pukul 08.00 hingga 17.00 WIB.
Ketua Dewan Juri Bhumandala Award 2025 Heri Sutanta menjelaskan, kriteria utama penilaian meliputi aspek inovasi dan pemanfaatan IG yang berdampak langsung.
“Kami mencari inovasi yang tidak hanya canggih, tetapi juga tepat sasaran dan memberi manfaat nyata. Dampaknya bisa diukur dari peningkatan produktivitas, kepuasan masyarakat, hingga kontribusi terhadap pendapatan daerah,” ujarnya.
Heri menambahkan, tren tahun ini menunjukkan peningkatan signifikan pada penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam aplikasi geospasial. Padahal, dua tahun lalu hanya ada satu inovasi yang memanfaatkan AI.
“Kini sudah banyak peserta yang secara eksplisit menggunakan geospatial AI. Ini perkembangan yang sangat menggembirakan,” ungkapnya.
Salah satu inovasi menarik dikembangkan oleh Direktorat Data dan Informasi Perpajakan Kementerian Keuangan, yaitu aplikasi ‘Palm Vision’. Direktur Max Darmawan menjelaskan, inovasi ini memanfaatkan citra satelit dari BIG untuk memprediksi produksi tandan buah segar kelapa sawit secara presisi.
“Dengan Palm Vision, kami tidak perlu lagi selalu turun ke lapangan untuk verifikasi pajak sawit. Teknologi ini membuat prosesnya jauh lebih efisien dan akurat,” jelas Max.
Max juga menegaskan, Bhumandala Award bukan sekadar soal menang atau kalah. Namun, penghargaan ini lebih pada bentuk apresiasi atas kontribusi nyata dalam memperkuat tata kelola berbasis data.
“Saya bangga dengan ‘anak-anak’ saya. Apapun hasilnya, semangat mereka untuk terus berinovasi tidak akan berhenti,” imbuhnya.
Dari kategori pemerintah kota, Wali Kota Payakumbuh Zulmaeta turut hadir secara langsung mendampingi timnya. Kota Payakumbuh menampilkan inovasi SITISA, yaitu sistem berbasis geospasial yang dikembangkan Perumda Air Minum Tirta Sago untuk memantau distribusi air secara real-time.
“Sekarang petugas cukup memeriksa ponsel untuk tahu lokasi kerusakan atau pengaduan pelanggan. Semua bisa direspons dengan cepat. Ini bukti bahwa teknologi bisa membuat pelayanan publik lebih efektif,” kata Zulmaeta dengan penuh semangat.
Ia menambahkan, keikutsertaan Payakumbuh menjadi motivasi agar aparatur daerah terus berinovasi meski dengan keterbatasan sumber daya.
Penjurian tahap II ini melibatkan tim juri dari berbagai lembaga, antara lain Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), akademisi dari Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, serta Universitas Indonesia. Para juri menilai presentasi peserta berdasarkan kejelasan konsep, implementasi, dampak, dan keberlanjutan inovasi.
Melalui Bhumandala Award 2025, BIG berharap semakin banyak instansi pemerintah yang mengintegrasikan IG dalam pengambilan keputusan dan pelayanan publik. “Kami ingin memastikan setiap inovasi tidak berhenti pada ide, tetapi benar-benar digunakan untuk memperbaiki tata kelola dan kesejahteraan masyarakat,” ujar Heri Sutanta menutup sesi wawancara.
Reporter: Kesturi Haryunani
Editor : Intan Pujawati