Rabu, 12 November 2025   |   WIB
id | en
Rabu, 12 November 2025   |   WIB
Kepala BIG: Kolaborasi Pemerintah, Swasta, dan Akademisi Kunci Pembangunan Berkelanjutan

Bandung, Berita Geospasial - Informasi Geospasial (IG) menjadi elemen penting dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Data berbasis lokasi mampu memperkuat kebijakan pemerintah, mulai dari perencanaan kota, pengelolaan pajak, hingga mitigasi bencana. Wawasan tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), Muh Aris Marfai, dalam Seminar Internasional Mansoer Wiratmadja ‘State of the Art Science and Technology for Sustainable Development’, pada Kamis, 2 Oktober 2025.

Dalam kegiatan yang berlangsung di Bale Dayang Sumbi, Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung tersebut, Aris menekankan bahwa sebagian besar tujuan pembangunan berkelanjutan menuntut dukungan data spasial. Dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), lebih dari separuhnya terkait erat dengan informasi berbasis lokasi.

Aris menjelaskan, data spasial dibutuhkan bukan hanya dalam konteks teknis, seperti dalam transportasi dan infrastruktur, tetapi juga dalam konteks sosial dan ekonomi. Ia mencontohkan pemanfaatan IG untuk memastikan bantuan sosial dalam pengentasan kemiskinan tepat sasaran.

“Sekitar 80 persen kebutuhan informasi dalam pembuatan kebijakan pemerintah daerah terkait dengan lokasi geografis. Apapun bentuknya, peta detail, peta skala kecil, atau peta situasi, semuanya membutuhkan data geospasial,” tegas Aris.

Menurut Aris, saat ini Indonesia menghadapi tantangan dalam ketersediaan teknologi. Sebagai contoh, BIG tengah mengembangkan peta dasar skala 1:5.000 seluas 1,9 juta kilometer persegi. Namun, dengan berbagai kendala yang dihadapi, seperti luas wilayah, tutupan awan, dan variasi topografi membuat teknologi citra satelit pasif tidak memadai.

“Kita membutuhkan teknologi aktif seperti LiDAR dan radar, serta transfer pengetahuan dari luar negeri. Pendidikan dalam negeri juga harus mulai fokus ke sini karena peluangnya besar,” katanya.

Selain pemerintah, Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan swasta, akademisi, dan penyedia teknologi. Smart city, perencanaan transportasi, zonasi lahan, hingga sistem tanggap darurat membuka peluang kolaborasi dalam pengelolaan IG.

“Ke depan, kita akan menghadapi integrasi Sistem Informasi Geografis dengan Internet of Things. Inovasi ini perlu diakomodir dalam kurikulum perguruan tinggi. Dengan dukungan akademisi dan mitra teknologi, percepatan penyediaan peta dasar skala besar bisa terlaksana,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Rektor Itenas Meilinda Nurbanasari menyampaikan bahwa tema pembangunan berkelanjutan sangat relevan dengan arah bangsa menuju Indonesia Emas yang memuat delapan misi besar pembangunan nasional. Ia menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, serta peran perguruan tinggi, riset, dan industri.

“Itenas tidak hanya hadir sebagai institusi pendidikan, tetapi juga pusat inovasi, kolaborasi, dan pengembangan kompetensi. Melalui seminar ini, kami berharap lahir inspirasi dan langkah nyata untuk memperkuat kolaborasi menuju pembangunan hijau, cerdas, dan berkelanjutan,” pungkasnya.

Penulis: Achmad Faisal Nurghani & Tia Rizka
Editor: Luciana Retno Prastiwi